🫎 Ruang Tunggu Rumah Sakit Umum
Ria Rizki Kusumasari (2021) PENGARUH LAMA WAKTU TUNGGU PERPINDAHAN PASIEN DARI INSTALASI GAWAT DARURAT KE RUANG RAWAT INAP TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM HIDAYAH BOYOLALI. S2 thesis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Gambaran Faktor yang berhubungan dengan kecemasan keluarga pasien di ICU Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Jenderal
Pegawai Rumah Sakit Umum Imelda, Kota Medan, Sumatera Utara, memperlihatkan ruang bayi sehat, Sabtu (3/9/2022). Ruang perawatan, terutama ruang perawatan intensif, acap kali penuh sehingga pasien yang memerlukan harus mencari di rumah sakit lain.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan mutu pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien di ruangan Poli Umum Puskesmas Tigo Baleh Bukittinggi, diharapkan
pelayanan umum yang layak. Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks, yaitu padat
Berdasarkan data yang terdapat dalam Sistem Informasi Managemen Rumah Sakit (SIMRS) maka petugas Tempat Pendaftaran Rawat Jalan (TPPRJ) membuatkan kartu berobat yang berisi nomer rekam medis, nama, tempat tanggal lahir dan alamat, sebagai identitas pasien berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Iskak Tulungagung.
Abdillah H. Pengaruh lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum daerah Cibabat kota Cimahi tahun 2016. Jurnal Ilmu Kesehatan dan Keperawatan. 2016;2(1):1-13.
Rumah Sakit Umum (RSU) X merupakan RSU tipe D berdasarkan SK MenKes: HK.02.03/I/0192/ 2013. RSU X merupakan rumah sakit swasta penuh milik sebuah PT danpada tahun 2016 RSU X sudah mendapatkan Sertifikat Lulus Akreditasi tingkat Perdana dengan sertifikat Nomor: KARS-SERT/ 89/IV/2016 (Profil Rumah Sakit, 2017) RSU X berlokasi di Kabupaten Malang yang
Tataletak dan persyaratan ruang 1. Adanya pemisahan antara unit rawat jalan infeksius dan non-infeksius 2. Ruang tunggu dapat dipergunakan untuk semua poli, namun diupayakan adanya pemisahan ruang tunggu antara penyakit infeksius dan non infeksius. 3.
. About Us RSU Rahmad Hidayah adalah Rumah Sakit Umum Swasta yang berada di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Jl. Limau Manis, Pasar XIII No. 61, Desa Limau Manis, Kec. Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. 061 7942950 resepsionis Navigation Profil Rumah Sakit Visi & Misi Pelayanan Tenaga Medis Informasi Ruangan Kontak Kami Menu Copyright © RSU Rahmad Hidayah Design by Ai Hawari
Ruang tunggu merupakan tempat di mana para pengunjung dengan kondisi mental dan fisik masing-masing berkumpul menjadi satu. Pada rumah sakit, kenyamanan menjadi aspek yang seharusnya paling diutamakan dalam perancangan ruang tunggu. Akan tetapi saat ini masih banyak ruang tunggu di rumah sakit yang tidak memperhatikan kenyamanan pasien maupun pengunjung. Di antaranya adalah Rumah Sakit Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta yang merupakan rumah sakit rujukan nasional dengan fokus permasalahan orthopedi atau tulang. Penelitian ini mengkaji aspek kenyamanan dalam arsitektur dan pengaruhnya terhadap pengguna. Objek studi kasus dalam penelitian kali ini adalah gedung rawat jalan RS. Orthopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta, Jawa Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara kepada pengunjung rumah sakit di ruang tunggu gedung rawat jalan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat kenyamanan bangunan berdasarkan persepsi pengunjung dan untuk mengetahui pengaruh faktor kenyamanan bangunan terhadap kondisi pengunjung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlu dilakukan peningkatan kapasitas, fasilitas, sirkulasi, dan interior pada ruang tunggu gedung rawat jalan RS. Orthopedi Prof. DR. R. Soeharso agar tingkat kenyamanan gerak dan visual pengunjung maupun pasien dapat optimal. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 17 No. 2 Juli 2020 113 KENYAMANAN VISUAL DAN GERAK PENGUNJUNG DI RUANG TUNGGU RUMAH SAKIT STUDI KASUS GEDUNG RAWAT JALAN RS. ORTHOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA Nifida Alsya Khairunnisa Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta e-mail nifidaalsya Yayi Arsandrie Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta e-mail ABSTRAK Ruang tunggu merupakan tempat di mana para pengunjung dengan kondisi mental dan fisik masing-masing berkumpul menjadi satu. Pada rumah sakit, kenyamanan menjadi aspek yang seharusnya paling diutamakan dalam perancangan ruang tunggu. Akan tetapi saat ini masih banyak ruang tunggu di rumah sakit yang tidak memperhatikan kenyamanan pasien maupun pengunjung. Di antaranya adalah Rumah Sakit Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta yang merupakan rumah sakit rujukan nasional dengan fokus permasalahan orthopedi atau tulang. Penelitian ini mengkaji aspek kenyamanan dalam arsitektur dan pengaruhnya terhadap pengguna. Objek studi kasus dalam penelitian kali ini adalah gedung rawat jalan RS. Orthopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta, Jawa Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara kepada pengunjung rumah sakit di ruang tunggu gedung rawat jalan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat kenyamanan bangunan berdasarkan persepsi pengunjung dan untuk mengetahui pengaruh faktor kenyamanan bangunan terhadap kondisi pengunjung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlu dilakukan peningkatan kapasitas, fasilitas, sirkulasi, dan interior pada ruang tunggu gedung rawat jalan RS. Orthopedi Prof. DR. R. Soeharso agar tingkat kenyamanan gerak dan visual pengunjung maupun pasien dapat optimal. KATA KUNCI kenyamanan; pengunjung; ruang tunggu; rumah sakit PENDAHULUAN Rumah Sakit merupakan tempat dengan fungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, meliputi pelayanan penyembuhan penyakit dan peningkatan kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang baik dan bermutu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam peraturan menteri kesehatan atau Permenkes. Dalam dunia kesehatan, tingkat kualitas pelayanan kesehatan diukur berdasarkan kepuasan pasien dan pengunjung, tidak terkecuali pada rumah sakit. Pada dasarnya, bangunan rumah sakit memiliki hubungan langsung dengan kualitas layanan medik dikarenakan bangunan yang baik akan memberikan tingkat kenyamanan yang tinggi bagi pengunjung. Rumah Sakit Orthopedi Prof. DR. R. Soeharso berlokasi di Jl. Ahmad Yani, Mendungan, Pabelan, Kartasura, Surakarta, Jawa Tengah. Sesuai dengan namanya, rumah sakit ini merupakan unit pelayanan kesehatan dengan fokus pada pelayanan kesehatan tulang. Seperti halnya rumah sakit pada umumnya, Rumah Sakit Orthopedi Prof. DR. R. Soeharso berusaha memberikan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin. Oleh karena itu perencanaan yang matang adalah aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan rumah sakit. Namun demikian hingga saat ini masih banyak pengembangan bangunan yang tidak didasarkan atas studi kelayakan serta perencanaan yang matang, sehingga menyebabkan terjadinya kasus-kasus kegagalan ruang atau bangunan. Dalam perencanaan fasilitas publik, kebutuhan minoritas seringkali disamaratakan dengan kebutuhan yang lain. Padahal pemenuhan kebutuhan seseorang dipengaruhi oleh mental dan keterbatasan masing-masing, terutama untuk pasien difabel yang membutuhkan fasilitas khusus yang akan mengalami kesulitan jika harus menyesuaikan dengan kondisi pasien lainnya. TINJAUAN PUSTAKA Rumah Sakit Berdasarkan Undang-undang No. 44 tahun 2009, rumah sakit merupakan sebuah institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tertentu. Rumah p-ISSN 1411-8912 e-ISSN 2714-6251 Kenyamanan Visual dan Gerak Pengunjung Di Ruang Tunggu Rumah Sakit - Studi Kasus Ruang Rawat Jalan RS. Orthopedi ………… 114 SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 17 No. 2 Juli 2020 sakit senantiasa harus menyelenggarakan upaya kesehatan pada setiap kegiatannya guna memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat, untuk tujuan mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Ruang Tunggu Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, pengertian ruang tunggu adalah ruang atau tempat yang diperuntukan untuk menunggu atau ruang yang disediakan khusus bagi pengunjung untuk menunggu. Ruangan ini utamanya terdiri dari jajaran kursi yang ditata rapi disesuaikan dengan kapasitas pengunjung. Selain itu, ruang tunggu juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas pendukung dengan penataan yang sedemikian rupa guna memberikan kenyamanan bagi pengguna ruang tersebut. Ruang tunggu di rumah sakit salah satunya ada di Instalasi Rawat Jalan. Instalasi Rawat Jalan itu sendiri merupakan tempat yang ditujukan untuk menyediakan jasa layanan konsultasi, pemeriksaan, serta pengobatan bagi pasien yang dilakukan oleh dokter ahli dengan bidangnya masing-masing. Elemen Perencanaan Ruang Tunggu Beberapa elemen perencanaan ruang tunggu Instalasi Rawat Jalan antara lain 1. Akses masuk berupa dua pintu yang lebar sebagai akses keluar-masuknya pengunjung yang terpisah 2. Meja depan front desk diletakkan di tempat yang strategis dan ditata dengan baik untuk mempermudah pengunjung Instalasi Rawat Jalan menemukannya 3. Ruang/area duduk pengunjung diletakkan tidak terlalu jauh dari pintu masuk dan front desk 4. Penataan jalur sirkulasi bagi pengunjung/pasien yang jelas untuk menuju ke front desk, lift, dan fasilitas rawat jalan lainya. Apabila memungkinkan dibuat jalur pasien infeksi dan pasien non-infeksi yang terpisah untuk mengurangi resiko penularan penyakit 5. Pada area sirkulasi pengunjung berpotensi untuk disediakan area penjualan yang dapat disewakan kepada pihak ketiga. Penataan layout area penjualan perlu diperhatikan agar strategis dan tidak mengganggu sirkulasi pengunjung rumah sakit 6. Adanya fungsi tambahan yang mendukung kegiatan pengunjung di ruang tunggu, yaitu toilet, tempat penitipan barang, operator telepon, telepon umum, serta meja perawat yang dapat dihubungkan dengan ruangan lain. Syarat-syarat Ruang Tunggu Rumah Sakit Menurut Neufert 2000, syarat-syarat ruang tunggu rumah sakit antara lain sebagai berikut 1. Meja sebagai tempat informasi, administrasi, dan kasir dengan ukuran panjang 180 cm dan tinggi maksimal 120 cm untuk orang normal, sedangkan tinggi maksimal untuk penyandang disabilitas adalah 86 cm. Gambar 1. Standar ukuran meja counter Sumber Neufert P., 2019 2. Area antri yang harus disediakan dengan kapasitas yang cukup di depan front desk sebagai tempat antri berdiri bagi pengunjung. Namun saat ini sudah banyak rumah sakit yang meminimalisir jumlah antrian berdiri karena mengingat sebagian besar pengunjung adalah pasien dengan kondisi fisik yang lemah. Sebagai penggantinya rumah sakit menyediakan nomor antrian. Meskipun begitu ruang antri harus tetap disediakan, hanya saja dengan dimensi yang tidak terlalu luas. Gambar 2. Standar ukuran untuk antrian Sumber Neufert P., 2019 3. Tempat penyimpanan barang. Agar terlihat rapi dan tidak berantakan, rumah sakit perlu menyediakan area locker untuk menyimpan data-data atau rekam medik pasien. Sebaiknya locker penyimpanan diletakkan berdekatan dengan petugas pendaftaran. 4. Telepon umum merupakan alat komunikasi yang sangat penting dan harus disediakan rumah sakit yang diletakkan berdekatan dengan admin atau operator yang dekat dengan front desk. 5. Papan informasi atau papan petunjuk arah yang diletakkan di tempat strategis untuk memudahkan pengunjung mencari area Instalasi Rawat Jalan yang dituju. Sebaiknya papan petunjuk arah diletakkan dekat dengan pintu masuk. 6. Perabot. Image ruang tunggu sebuah Instalasi Rawat Jalan pada rumah sakit dapat dibentuk Nifida Alsya Khairunnisa, Yayi Arsandrie SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 17 No. 2 Juli 2020 115 melalui pemilihan dan tata letak perabot berdasarkan fungsi ruangnya. Standar Ukuran Peralatan Medis di Ruang Tunggu Rumah Sakit 1. Kursi roda pasien merupakan salah satu alat bantu gerak yang dibutuhkan oleh pasien dengan kebutuhan khusus, misalnya mengalami kesulitan berjalan menggunakan kaki, baik dikarenakan penyakit, cedera, maupun difabel. Gambar 3. Standar ukuran kursi roda Sumbe Neufert P., 2019 2. Kereta dorong pasien stretcher, sebagaimana kursi roda juga berperan penting sebagai alat bantu gerak bagi pasien. Dalam dunia kesehatan, kereta dorong berfungsi membantu mempermudah ruang gerak pasien untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan bantuan orang lain untuk mendorong. Gambar 4. Standar ukuran kereta dorong pasien Sumber Neufert P., 2019 3. Lorong adalah jalan kecil atau jalan sempit yang menghubungkan antar gedung atau ruang satu dengan ruang lainnya. Lorong atau disebut juga dengan koridor hanya dikhususkan untuk pejalan kaki. Gambar 5. Standar ukuran lorong pada rumah sakit. Sumber Neufert, 2019 4. Pintu merupakan akses utama untuk keluar dan masuk pengguna ruang. Untuk bangunan dengan skala besar, seperti gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, atau rumah sakit, sebaiknya memiliki dua pintu dengan bukaan lebar sebagai akses untuk sirkulasi masuk dan keluar pengunjung secara terpisah untuk memperlancar sirkulasi pengunjung. Gambar 6. Macam-macam pintu. Sumber Neufert P., 2019 5. Jendela yang berkaitan dengan penghawaan merupakan salah satu faktor yang menjadi tolak ukur kenyamanan ruang. Semakin baik sirkulasi udara, semakin baik pula kualitas ruang. Pada ruang tunggu rumah sakit, pasien, pengunjung, dan karyawan berada pada satu ruang dalam waktu yang cukup lama. Semakin banyak antrian, semakin meningkat pula jumlah penggguna ruang. Akibatnya, ruang menjadi terasa penuh dan sumpek jika tidak memiliki sirkulasi udara yng baik. Pada kondisi ini, ventilasi udara menjadi sangat penting yang secara langsung berkorelasi dengan keberadaan elemen jendela pada ruang. Gambar 7. Jenis-jenis jendela Sumber Neufert P., 2019 6. Warna, menurut Neufert 2000 merupakan kekuatan yang dapat mempengaruhi manusia dengan menyebabkan timbulnya suatu perasaan sehat ataupun lesu. Pemilihan warna cat sangat Kenyamanan Visual dan Gerak Pengunjung Di Ruang Tunggu Rumah Sakit - Studi Kasus Ruang Rawat Jalan RS. Orthopedi ………… 116 SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 17 No. 2 Juli 2020 penting, terutama pada ruang kantor, perusahaan, sekolah, klinik kesehatan, tak terkecuali rumah sakit. Menurutnya, pengaruh warna terhadap manusia terjadi secara tidak langsung, tetapi melalui pengaruh psikologis pengguna ruang itu sendiri. Warna hangat memiliki pengaruh aktif dalam merangsang kejiwaan seseorang, sedangkan warna dingin lebih bersifat pasif dan menenangkan bagi pengguna ruang. Namun perlu diperhatikan besar kecilnya pengaruh warna terhadap pengguna ruang juga didukung oleh pencahayaan pada ruang tersebut. Gambar 8. Elemen warna pada ruang Sumber Neufert P., 2019 TINJAUAN LOKASI PENELITIAN Rumah Sakit Orthopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta atau biasa disebut RSO, merupakan rumah sakit yang khusus menangani permasalahan ortopedi atau khusus tulang yang berlokasi di pinggir Kota Surakarta. Total luas lahan rumah sakit ini adalah m2 dengan luas bangunan m2. Penelitian ini berfokus pada ruang tunggu Gedung Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta lihat Gambar 9 dan 10. Gambar 9. Gedung Rawat Jalan RS. Orthopedi Surakarta Sumber Dokumen penulis, 2019 Gambar 10. Denah lantai 1 Gedung Rawat Jalan RSO Sumber Dokumen penulis, 2019 METODE PENELITIAN Metode Observasi Metode observasi dapat diartikan sebagai melihat, mengamati, mendengarkan, dan memperhatikan suatu peristiwa ataupun tindakan yang dilakukan oleh orang-orang yang diamati, kemudian hasil pengamatan direkam dalam bentuk catatan atau dengan alat bantu lainnya. Metode Wawancara Metode kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara. Wawancara merupakan salah satu cara yang perlu untuk dilakukan dalam sebuah penelitian dikarenakan dengan adanya tanya jawab secara langsung dengan narasumber, peneliti akan mendapat beberapa informasi penting. Menurut Nazir 2003 wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka langsung antara pewawancara dengan responden. HASIL DAN PEMBAHASAN Kenyamanan Gerak Berfokus pada ruang tunggu Gedung Rawat Jalan, terdapat beberapa permasalahan terkait kapasitas dan kenyamanan pengguna ruang. Berdasarkan hasil observasi pada Tabel 1, dapat ditemukan beberapa aspek yang tidak memenuhi standar. Ruang tunggu RS. Ortopedi memiliki kursi tunggu dengan kualitas baik dan sesuai dengan standar ukuran pada Neufert, akan tetapi penataan kursi tunggu tersebut masih belum tepat. Penataan kursi tunggu memiliki jarak antara kursi depan dan belakang cukup sempit, sehingga pengunjung kesulitan jika duduk di kursi baris tengah ataupun belakang, terutama pasien dengan keterbatasan fisik yang harus menggunakan alat bantu gerak berupa kruk. Sedangkan pasien dengan alat bantu gerak berupa kursi roda atau kereta dorong cukup kesulitan mencari tempat untuk menunggu dikarenakan keterbatasan ruang. Dampak dari kondisi ini adalah sirkulasi ruang tunggu menjadi terganggu karena berkurangnya lebar jalur. Nifida Alsya Khairunnisa, Yayi Arsandrie SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 17 No. 2 Juli 2020 117 0%20%40%60%80%100%IyaTidakTable 1. Hasil observasi kenyamanan gerak Jarak antara kursi depan dengan belakang minimal 60cm. Jarak antar kursi depan dengan belakang hanya 35 cm tidak sesuai dengan standar. Standar lebar pintu minimal 120 cm. Terdapat dua pintu masuk dan keluar dengan lebar 150 cm sesuai standar. Standar ukuran tinggi meja administrasi disabilitas 86 cm. Ukuran tinggi meja administrasi 76 cm sesuai standar. Minimal lebar jalur sirkulasi 225 cm. Lebar jalur sirkulasi 200 cm. Cukup untuk bersimpa ngan, namun terlalu sempit. Dari puluhan pengunjung di ruang tunggu Instalasi Rawat Jalan RS. Orthopedi, peneliti melibatkan 20 orang untuk diwawancarai sebagai responden. Tabel 2 menunjukkan hasil wawancara terkait dengan kenyaman gerak pengunjung di ruang tunggu. Table 2. Hasil wawancara kenyaman gerak Apakah Anda merasa nyaman berada di ruang tunggu RS. Orthopedi Surakarta? Apakah Anda cukup leluasa bergerak di ruangan ini? Apakah Anda merasa terganggu jika ada pasien lain yang menghalangi jalur sirkulasi? Menurut Anda, apakah penataan kursi tunggu di ruang ini sudah baik? Menurut Anda, apakah fasilitas di ruang tunggu ini sudah lengkap? Berdasarkan hasil wawancara seperti pada Tabel 2, didapati kesimpulan bahwa sebanyak 55% pengunjung merasa kurang nyaman berada di ruang tunggu Rawat Jalan RS. Orthopedi dalam jangka waktu yang cukup lama. Keterbatasan ruang gerak menjadikan pengunjung merasa dikekang dalam sebuah ruang dengan berbagai macam kondisi fisik dan mental masing-masing. Gambar 11. Grafik prosentase hasil wawancara pengunjung terkait kenyamanan gerak. Sumber Analisa penulis, 2019 Kenyamanan Visual Tingkat kenyamanan suatu ruang tidak hanya diukur dari tersedia atau tidaknya ruang gerak bagi pengguna. Akan tetapi, aspek visual ruangan juga perlu diperhatikan, terlebih di ruang tunggu, dikarenakan menunggu merupakan salah satu kegiatan yang memiliki tingkat stres tinggi. Di sinilah visual ruang berperan penting bagi pengguna di ruang tunggu rumah sakit. Tabel 3 memperlihatkan hasil pengamatan kondisi ruang tunggu di Instalasi Ruang Rawat Jalan RS. Orthopedi. Tabel 4 merupakan hasil wawancara kepada 20 orang responden terkait kenyamanan visual di ruang tunggu Instalasi Ruang Rawat Jalan RS. Orthopedi. Nyaman Bergerak sirkulasi penataan failitas Lelusa terhalang baik lengkap Kenyamanan Visual dan Gerak Pengunjung Di Ruang Tunggu Rumah Sakit - Studi Kasus Ruang Rawat Jalan RS. Orthopedi ………… 118 SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 17 No. 2 Juli 2020 Table 3. Hasil observasi kenyamanan visual Ruang tunggu sisi Utara Ruang tunggu sisi Selatan Ruang tunggu sisi Barat Ruang tunggu sisi Utara hanya memiliki pencahayaan dari lampu LED pada papan informasi tidak sesuai standar. Ruang tunggu sisi Selatan dan Barat cukup terang karena mendapatkan pencahayaan alami Sesuai standar. Ornamen yang menarik diberikan pada dinding tertentu agar tidak terlihat monoton dan menjadi point of interest. Dinding mayoritas polos dan tidak banyak ornamen. Pada sisi Barat, dinding dilapisi wallpaper 3D art sehingga menarik. Warna terang memberikan efek luas pada ruang. Ruang tunggu didominasi warna putih. Beberapa sisi dinding diberi warna cerah, biru muda dan hijau muda. Table 4. Hasil wawancara kenyaman visual Apakah Anda merasa jenuh/bosan berada di ruangan ini? Menurut Anda, apakah pencahayaan di ruangan ini sudah cukup terang? Apakah Anda merasa terbantu dengan adanya televisi sebagai pengalih kejenuhan? Apakah Anda merasa nyaman dengan adanya jendela kaca dengan pemandangan di luar? Apakah Anda merasa sumpek/pengap berada di ruangan ini? Narasumber terdiri dari tujuh orang laki-laki dan 13 orang perempuan dengan status lima orang adalah pasien, sedangkan lima belas orang adalah pengantar. Narasumber duduk di tiga sisi ruang tunggu Gedung Rawat Jalan, yakni 10 orang di sisi Selatan, 6 orang di sisi Utara, dan 4 orang di sisi Barat. Berdasarkan Tabel 4 hasil wawancara, didapati bahwa sebagian besar pengunjung di sisi Selatan merasa cukup nyaman berada di ruang tunggu RS. Ortopedi, sedangkan hampir semua pengunjung di sisi Utara merasa sangat tidak nyaman berada di sana dengan aktivitas menunggu dalam jangka waktu yang cukup lama. Gambar 12. Grafik prosentase hasil wawancara pengunjung terkait kenyamanan visual. Sumber Analisa penulis, 2019 Berdasarkan hasil analisa wawancara kepada 20 orang pengunjung didapati bahwa 100% orang merasa jenuh berada di dalam ruang tunggu. Hampir semua pengunjung menjawab karena banyaknya antrian, sehingga pengunjung harus menunggu dalam waktu yang sangat lama dengan kondisi fisik yang tidak sehat. Meskipun ruang tunggu sudah dilengkapi dengan televisi, namun fasilitas tersebut tidak mengurangi rasa bosan pengunjung dikarenakan tayangan yang ditampilkan monoton dan hanya diulang-ulang saja. KESIMPULAN Beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang terciptanya rasa nyaman pada ruang tunggu adalah tata penataan furnitur terutama kursi tunggu, pemilihan warna, dan tata pencahayaan. Semakin baik pemenuhan faktor-faktor tersebut, maka semakin baik pula tingkat kenyamanan yang dirasakan pengguna ruang. Selain itu perhitungan kapasitas pengguna ruang juga penting guna menghindari terjadinya kekurangan fasilitas dan meningkatnya kepadatan ruang. Komponen pembentuk kenyamanan visual dan gerak tubuh belum sepenuhnya terakomodasi di dalam ruang tunggu Gedung Rawat Jalan RS. Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Beberapa 0%20%40%60%80%100%Iya Tidak Nifida Alsya Khairunnisa, Yayi Arsandrie SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 17 No. 2 Juli 2020 119 fasilitas yang tersedia sudah sesuai dengan standar Neufert, seperti ketersedian kursi tunggu, pintu, dan meja administrasi. Akan tetapi masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai, seperti penataan lay out kursi tunggu dan sirkulasi. Pertimbangan luas ruang dan kapasitas pengguna menjadi penyebab utama ketidaknyamanan ruang tunggu. Ketidaknyamanan menjadi penyebab kejenuhan. Pengunjung dengan berbagai macam kondisi fisik dan mental masing-masing berbaur menjadi satu di dalam ruang yang sama dengan kegiatan yang sama, yaitu menunggu. Pada saat inilah tingkat kejenuhan sangat tinggi. Terdapat bagian di dalam ruang tunggu ini yang dapat meminimalisir kejenuhan, yaitu adanya pencahayaan alami dan sirkulasi udara alami pada sisi Selatan ruang. Sementara itu pada sisi yang lain hanya menggunakan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami yang menjadikan ruang lebih terang dipersepsikan oleh pengunjung sebagai pembentuk kenyamanan dan dapat mengurangi kejenuhan. Oleh sebab itu perlu adanya perbaikan di ruang tunggu Gedung Rawat Jalan RS. Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta yang meliputi kapasitas, fasilitas, sirkulasi, dan interior. DAFTAR PUSTAKA Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta Ghalia Indonesia Neufert, Ernst. 2000. Data Arsitek. Jakarta Erlangga. Neufert, Peter 2019. Data Arsitek. Jakarta Erlangga. Peraturan Menteri Kesehatan Permenkes Republik Indonesia No. 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Peraturan Menteri Kesehatan Permenkes Republik Indonesia No. 24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum PermenPU Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. ... Menurut penelitian yang dilakukan oleh[10] pertimbangan luas ruang dan kapasitas pengguna menjadi penyebab utama ketidaknyamanan dan kejenuhan ruang tunggu. Terdapat ...Faizqinthar Bima NugrahaAlifia Firda PurnomoApriliya Tiyas Ningrum Jaka SarwadhamanaBangunan fisik rumah sakit yang sesuai dengan standar yang ada dapat mendukung peningkatan kinerja sumber daya manusia rumah sakit. Hal ini karena kondisi fisik lingkungan kerja berpengaruh terhadap kesehatan penggunanya serta berpengaruh pula terhadap waktu penyelesaian pekerjaan. Pada dasarnya, fisik Rumah Sakit juga berhubungan langsung dengan kualitas layanan medik. Bangunan yang baik akan memberikan kenyamanan pada para pemakainya dan akan mempengaruhi tingkat pemanfaatannya yang juga akan memberikan sumbangan pada proses penyembuhan pasien dan kinerja karyawan. Salah satu bangunan yang perlu dikelola dengan baik adalah bangunan ruang rawat jalan. Rawat jalan merupakan unit yang menjadi rujukan faskes tingkat pertama sehingga struktur bangunannya perlu menjadi perhatian khusus dimana persyaratan teknis bangunan rumah sakit harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja. Standar Bangunan Rawat Jalan menurut Permenkes Nomor 24 Tahun 2016 di Rumah Sakit harus memiliki luas ruangan yang sesuai, adanya ventilasi yang baik, intensitas cahaya sesuai ketentuan, ruang tunggu terpisah untuk masing-masing poli klinik, tersedianya wastafel dan desinfektan, tersedinya stop kontak, serta bahan bangunan yang tidak memiliki tangka porositas yang tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui implementasi standar bangunan instalasi rawat jalan di RSUD Panembahan Senopati. Penelitian ini bersifat deskripsi dengan metode kuantitatif. Informan penelitian berjumlah satu orang yang merupakan pegawai IPSRS. Instrument yang digunakan berupa kuesioner dengan pengambilan data melalui wawancara tertutup dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan keseluruhan standar bangunan diperoleh nilai rata – rata 91%, membuktikan bahwa standar bangunan di RSUD Panembahan Senopati belum memenuhi standar Permenkes Nomor 24 Tahun 2016 tentang tentang persyaratan teknis bangunan dan prasarana rumah sakit. Terdapat 6 ruangan yang sudah sesuai standar dan 5 ruangan yang memerlukan perhatian dari pihak Rumah Sakit yaitu ruang tunggu, klinik gigi, klinik jiwa, ruang laktasi dan toilet karena belum memenuhi standar. Diharapkan pihak manajemen rumah sakit perlu me-review kembali kondisi lapangan dengan standar yang ada untuk persiapan dalam melakukan pemeliharaan gedung rawat jalan Arsitek. Jakarta Erlangga. Peraturan Menteri Kesehatan Permenkes Republik Indonesia No. 56 TahunPeter NeufertNeufert, Peter 2019. Data Arsitek. Jakarta Erlangga. Peraturan Menteri Kesehatan Permenkes Republik Indonesia No. 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah SakitPeraturan Menteri KesehatanPeraturan Menteri Kesehatan Permenkes Republik Indonesia No. 24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah PermenPU Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan LingkunganPeraturan Menteri PekerjaanPeraturan Menteri Pekerjaan Umum PermenPU Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
ruang tunggu rumah sakit umum